Kesalahan Beruntun Mas Menteri Nadiem, Pak Jokowi Siap Ganti?

0
866

Jakarta, CNBC Indonesia – Nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim santer dikabarkan menjadi salah satu nama yang akan ‘ditendang’ dalam kabinet Indonesia Maju.
Isu ini semakin bergerak liar, pasca Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan untuk melebur Kementerian Riset dan Teknologi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Usulan ini bahkan sudah mendapatkan lampu hijau dari parlemen.

Nama pendiri Go-Jek itu memang sudah sejak lama menjadi salah satu menteri yang paling banyak diminta diganti.

Survei Indonesia Political Opinion (IPO) menunjukkan nama Nadiem berada di urutan teratas dari deretan menteri yang diminta diganti setelah 100 hari Kabinet Indonesia Maju bekerja.

Dari 1.600 responden, 42% menjawab perlu ada pergantian menteri, 36% menyatakan tidak perlu, dan 22% tidak menjawab. Dari angka tersebut, Nadiem Makarim berada di urutan ke 5 daftar menteri yang paling banyak diminta diganti.

Pun demikian survei IPO terkait kinerja kementerian/lembaga. Survei tersebut memperlihatkan bahwa masih banyak yang tidak puas dengan kinerja Nadiem, sehingga peluang reshuffle sangat terbuka.

Pakar pendidikan Ubaid Matraji menilai sosok Nadiem akan sulit dipertahankan usai peleburan kedua kementerian tersebut. Penilaian ini berkaca pada sepak terjang Nadiem selama menjabat sebagai mendikbud.

“Untuk komposisi yang sekarang saja masih kewalahan dan terlambat sekali. Kita tahu bagaimana repotnya mengurus pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi,” ucap Ubaid, seperti dikutip CNNIndonesia.

2. Kesalahan Fatal Nadiem Makariem

Direktur Parameter Politik Adi Prayitno menyebut otoritas pendidian dan kebudayaan di bawah komando Nadiem Makarim memiliki tiga kesalahan fatal. Secara keseluruhan, kinerja ‘Mas Menteri’ perlu dievaluasi.


“Kalau bicara substansi kemendikbud sudah hattrick kesalahan yang cukup fatal kesalahannya,” kata Adi, seperti dikutip detik.com.

“Tak dicantumkannya Hasyim Asyari dan Gus Dur melengkapi dua kesalahan Nadiem sebelumnya, yakni soal hilangnya frasa agama dalam peta jalan nasional pendidikan 2020-2035 dan hilangnya mata pelajaran Pancasila dan Bahasa Indonesia dalam PP No 57 tahun 2021,” lanjutnya.

Menurutnya, tiga variable kesalahan ini bisa menjadi ukuran kinerja Nadiem dalam pemerintahan Jokowi. Adi menambahkan sejak tahun lalu, kinerja Nadiem Makarim sudah disorot publik sehingga layak dievaluasi.

“Ini kesalahan mendasar bagi seorang menteri dan di sebuah kementerian besar, ini tidak main-main,” kata Adi.

“Bicara tentang kinerja, saya kira memang Nadiem secara substansi memang layak dievaluasi seperti suara-suara publik selama ini kesalahannya sudah hattrick, mendasar, dan cukup prinsipil,” jelasnya.

Adi berharap Jokowi melihat lebih jelas kapasitas Nadiem sebagai menteri dengan adanya hattrick kesalahan ini. Nadiem, jelas Adi, kini hanya menjadi beban Jokowi.

“Apa mungkin Pak Jokowi itu terus mempertahankan menteri yang justru menjadi beban bagi Pak Jokowi. Tentu ini menjadi beban karena kesalahan Nadiem itu peluru nyasarnya, peluru kritiknya juga nyasar ke Istana seakan-akan Jokowi salah menempatkan orang di posisi yang sebenarnya,” tutur Adi.

“Lalu apa alasan kuat untuk terus mempertahankan Nadiem?” sambungnya.

3. Nadiem Mencari Suaka Politik?

Di tengah isu reshuffle, sang menteri ternyata sempat menemui Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Pertemuan itu sempat diunggah dalam akun Instagram resmi Nadiem.


“Ngobrol dua jam sama Bu Mega, diskusi strategi mempercepat Merdeka Belajar dan Profil Pelajar Pancasila,” tulis Nadiem, dalam caption foto unggahannya itu.

Tidak ada penjelasan lebih lanjut terkait pertemuan itu. Nadiem hanya menjelaskan banyak belajar dari pengalaman Megawati.

“Saya banyak belajar dari pengalaman beliau,” katanya.

Pertemuan yang disertai swafoto itu berlangsung di tengah kencangnya isu reshuffle kabinet. Posisi Nadiem disebut-sebut tidak aman.

“Dugaan Nadiem mencari suaka politik cukup menguat dengan menghadap Ketum PDIP. Setidaknya itu bisa diukur dari respons publik dan komentar di media sosial,” kata Adi Prayitno.

Belakangan ini, sebelum isu reshuffle menguat, Kemendikbud yang dipimpin Nadiem beberapa kali dikritik. Nadiem, kata Adi, dinilai salah satu menteri yang layak dievaluasi.

“Publik itu sangat pintar membaca gerak-gerik elite karena sudah terbiasa dengan suasana politik semacam itu. Apa lagi belakangan ini Nadiem kerap diserang-serang menteri yang layak dievaluasi,” ujar Adi.

Pertemuan Nadiem dengan Megawati dinilai tak mungkin lepas dari manuver politik. Sebab, pertemuan itu diungkapkan di tengah derasnya kritik kepada Nadiem.

“Tak mungkin ada asap kalau tak ada api. Nadiem menghadap Megawati tak lahir dari ruang hampa. Tapi terjadi di tengah derasnya kritik publik yang mengarah pada dirinya yang diberi rapor merah sama publik,” kata Adi.

Menurut dia, tak perlu seorang ahli untuk menjelaskan makna Nadiem menghadap Megawati. Adi mengatakan tak menutup kemungkinan Nadiem juga meminta petuah kepada Megawati.

“Bahwa Nadiem niat silaturahmi atau minta petuah Mbak Mega mungkin saja itu ada. Tapi, jika membaca konteks, sukar jika tak dikaitkan dengan derasnya kritik yang setiap saat mengarah pada dirinya,” sebut Adi.

Leave a reply