JPPI: Banyak Masalah, Sistem PPDB Belum Berkeadilan

0
24

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyebut, sama seperti tahun lalu, sejumlah masalah kembali terjadi pada pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini. Koordinator Nasional (Kornas) JPPI Ubaid Matraji menilai, permasalahan tersebut lantaran sistem PPDB yang diterapkan saat ini tidak berkeadilan.

Berikut kutipan wawancara jurnalis KBR Media Astri Septiani dengan Koordinator Nasional (Kornas) JPPI Ubaid Matraji (20/6/2024):

Apa saja permasalahan yang ditemui terkait pelaksanaan PPDB? Apa saja contohnya?
Pertama karena PPDB 2024 ini sama sistemnya dengan tahun-tahun semuanya sama mulai dari jual beli kursi, kemudian pemalsuan KK, kemudian jalur prestasi yang dihuni oleh banyak penumpang gelap, kemudian siswa titipan, problem soal sistem yang error, kemudian jalur zonasi yang ternyata juga yang diukur bukan jarak, dan seterusnya sampai dengan kemudian pengumuman online itu datanya bisa berubah ya yang awalnya diumumkan lulus kemudian diumumkan lagi enggak lulus gitu. Jadi ini karena enggak ada perubahan sistem jadi ya ya lagu lama kembali terulang. Ini bukan salah anaknya nggak bisa masuk gitu Ini bukan salah orang tuanya nggak bisa membimbing anak untuk bisa masuk di sekolah-sekolah PPDB tapi karena memang sistemnya tidak berkeadilan ya sistemnya masih diskriminatif.

Lantas apa saran anda terkait perbaikan pelaksanaan PPDB?
Solusinya harus sistemnya itu berkeadilan, semua anak punya hak yang sama gitu karena semua anak punya hak yang sama maka jangan ada sistem kompetisi, jangan ada sistem rebutan kursi karena semua anak punya hak yang sama bisa memilih UUD 45 maka tidak perlu ada mekanisme PPDB dengan sistem kompetisi nah pemerintah harus menciptakan sebuah sistem yang menjamin semua anak dapat sekolah semua anak bisa duduk di bangku sekolah. ketika masyarakat ingin ikut kok dikompetisikan ada yang lolos ada yang gagal. Katanya semua punya kesempatan yang sama? Jadi sistemnya ini harus diperbaiki jadi PBB itu bukan soal implementasinya yang salah tapi sistemnya yang salah.

source: kbr.id

Comments are closed.