Teknologi Solusi Atasi Kesenjangan Akses Pendidikan

0
555

Jakarta – Pekan ini Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji bersama sejumlah narasumber mengisi kegiatan “ Ngaji Teknologi PBNU” mengambil tema ; Teknologi sebagai Sarana Peningkatan Kualitas dan Pemerataan Pendidikan . Kegiatan dipusatkan di Ruang Perpusatakaan Gedung PBNU Jakarta, Rabu (30/5).

Koordinator Seknas JPPI Ubaid Matraji mengatakan, peringkat pendidikan Indonesia berdasar RTEI Index 2016 lalu menempatkan Indonesia diposisi 77 dibanding sejumlah negara , lebih rendah dari Ethiopia dan Filipina.

Guru dinilai memiliki peran kunci di sekolah yang akan menentukan kualitas siswa dan sekolah.

Pemanfaatan teknologi, tambah Ubaid, terutama sebagai media belajar mengajar di sekolah.

Pemanfaatan teknologi digital untuk pemerataan akses pendidikan dinilai lebih efektif sehingga menjadi opsi mendesak bagi pemerintah banyak negara, membuka akses ke wilayah- wilayah yang selama ini terisolir dari layanan publik.

Ubaid mendesak pemerintah proaktif mengatasi berbagai kesenjangan pendidikan, dan berharap semua pihak tetap optimistis berkontribusi bagi perbaikan kualitas pendidikan.

Pemerintah Proaktif

Hassan Abidin salah seorang pejabat dari Pustekom Kemendikbud RI menjadi panelis Ngaji-tek PBNU, dan menekankan bahwa usaha pemerintah membuka akses dan pemanfaatan teknologi untuk pendidikan cukup masif, ditandai bermunculannya siswa berprestasi dari sejumlah sekolah yang terletak di wilayah perbatasan, miskin dan terisolasi.

“Dari Aceh hingga Papua, semua tengah berproses soal akses pendidikan , terutama terkait pemenuhan sarana prasarana, tambah Hasan.

Hasan Abidin mengatakan, dengan pemanfaatan teknologi , cukup banyak siswa berprestasi kini justru bermunculan dari wilayah-wilayah pedalaman dan perbatasan.

Mengenai pemanfaatan teknologi guna mendorong kualitas pendidikan dan pembelajaran menjadi prioritas kita, tambah Hassan.

Ngaji-tek tema pendidikan Rabu (30/5) cukup interaktif ditayangkan melalui fblive dan medsos jaringan lainnya, dan sedikitnya lebih 5 ribu pemirsa telah menyaksikan tayangannya.

Perkuat Madrasah dan Pesantren

Ketua LP Maarif NU KH Arifin Junaidi memuji kinerja pemerintah terkait beberapa capaian program pembangunan pendidikan. Kiyai Arifin berharap para pemangku kepentingan duduk kembali menentukan arah pendidikan Indonesia yang cocok dan mampu menghadapi era global.

“Pemerintah mesti lebih serius, kontribusi pesantren dan madrasah luar biasa untuk negeri ini, jangan cepat puas dengan kondisi sekarang, sarana prasarana madrasah dan pesatren masih minim, demikian Kiyai Arifin.

Madrasah dan pesantren diperkirakan mencapai lebih 100 ribu di tanah air , dengan hampir 9,1 juta santri .

Teknologi dan Integritas

Hadir Ketua Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, Rumadi Ahmad, seperti dikutip media jaringan terkemuka NU Online mengungkapkan tantangan radikalisme yang diisukan masuk ke sekolah harus diantisipasi dengan kecerdasan dalam menggunakan teknologi.

Ia menegaskan persoalan di sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya sudah harus mendapatkan penanganan yang serius dalam isu radikalisme. “Semua pihak harus terlibat, harus muncul kesadaran bahwa teknologi menjadi pedang bermata dua, jangan mengasumsikan bahwa teknologi adalah segalanya,” ujar Rumadi .

Menurut Rumadi sekarang ini dengan kecanggihan teknologi, semua informasi sudah terbuka. Tak urung radikalisme juga masuk ke segala lini termasuk dunai pendidikan. “Terkait dengan teknologi kalau kita ikuti, kasus terakhir banyak anak sekolah memanfaatkan teknologi, sebagai tempat belajar paham paham radikal,” lanjutnya.

Dikatakan, bahkan beberapa orang mahasiswa yang diberikan beasiswa negara terindikasi radikalisme. “Siska yang ikut meledakkan bom di Mako Brimob, mahasiswa UPI yang mendapatkan beasiswa Bidikmisi,” terang Rumadi.

Rumadi mengakui, ketersediaan teknologi dalam pendidikan salah stunya untuk pemerataan. Tetapi sampah teknologi juga dikonsumsi, termasuk belajar tentang radikalisme. “Belajar membikin bom, itu sampah teknologi. Ini harus mendapatkan perhatian serius terutama pembuat kebijakan di dunia pendidikan,” pungkasnya.

Ngaji Teknologi #5 menghadirkan Ketua Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, Rumadi Ahmad, Hasan Abidin dari Pustekom Kemendikbud, Ubaid Matraji dari Sekretariat Nasional JaringanPemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), dan Ketua LP Maarif NU H Arifin Junaidi. Kegiatan ini diselenggarakan Lakpesdam NU, LP Maarif NU, dan LTNNU. Kegiatan diakhiri dengan buka puasa bersama. (Berbagai sumber/TIM)

Leave a reply